Pacar Sering Berbuat Kasar

Leave a Comment
Tanya:
Sudah lama saya ingin mengirim surat kepada Ibu. Sa- ya ingin minta saran dari apa yang saya alami. Tetapi karena malu dan takut, baru sekarang saya punya keberanian.
Bu, panggil saja saya Lidya. Usia saya 27 tahun. Saat ini saya berpacaran dengan pria yang tiga tahun lebih tua dari saya. Hubungan kami sudah berlangsung kurang lebih empat tahun.
Awalnya semua terasa indah. Dia sangat perhatian dan memanjakan saya. Namun, setelah berjalan setahun, dia sering berbuat kasar. Bahkan, tidak jarang dia memaki saya kelewat batas. Itu dilakukan di hadapan banyak orang sampai saya malu.
Dia juga sering menampar dan memukul saya. Padahal, kami hanya bertengkar karena urusan sepele. Misalnya, saya telat membalas SMS dan tidak menjawab teleponnya.
Jujur, perlakuan pacar saya itu sangat menyakitkan. Tetapi, entah mengapa saya tidak ingin putus darinya. Apa yang harus saya lakukan? Saya bingung, Bu.
Keluarga dan teman-teman saya berulang kali meminta saya mengakhiri hubungan. Sebab, mereka sering melihat badan saya babak belur, karena ulahnya. Bagaimana cara menyadarkan pacar saya? Saya tunggu saran dari Ibu. Terima kasih.
Lidya via Email
solusi pacar pemarah
Kekasih pemarah

Jawab:
Dear Lidya, terima kasih Anda sudah berbagi tentang perasaan Anda saat ini. Menurut penilaian saya, kekasih yang An¬da ceritakan, punya kesulitan dalam mengelola perasaan secara tepat ketika dia merasakan ketidaknyamanan.
Lidya menyampaikan bahwa saat kekasih marah, kecewa, dan kesal pada Anda, dia akan melakukan hal yang mengarah pada tindakan kasar, sebagai ekspresi dari rasa amarahnya.
Perilaku memukul, menendang, dan Iain-lain adalah hal yang dia sampaikan untuk menunjukkan perasaan negatifnya. Apakah itu wajar?
Saya percaya Lidya memahami dan mengerti bahwa orang dewasa yang masih menggunakan kekerasan bila marah, bisa dikatakan kalau dia tidak dewasa.
Lidya sebenarnya sudah menyadari bahwa ada kalanya lelah menghadapi kekasih yang emosinya labil. Dia bisa tenang asalkan semuanya berada dalam kondisi yang baik.
Sebagai contoh, seseorang dapat tam- pil tenang atau baik-baik saja, asalkan orang lain juga tenang dan semua situasi dapat dikendalikan. Padahal, kehidupan ini serba tidak pasti. Apalagi dalam kon¬disi dunia sekarang.
Apakah cinta seperti itu patut dipertahankan? Semua keputusan ada pada Lidya. Tapi sebelum memutuskan, saya akan memberikan sedikit gambaran, perlukah cinta Lidya dan kekasih dipertahankan.
Sebagai ilustrasi begini, begini: Ada seorang pria yang memperlakukan seorang perempuan bak se¬orang puteri.
Dia kerap mengajak perempuan itu makan di tempat-tempat romantis, mem¬berikan kata-kata dan kado-kado kecil untuk kejutan cinta, sampai dengan memperhatikan kekasihnya dalam bentuk tele- pon maupun kunjungan.
Awalnya perempuan itu menikmati atas hubungan pacaran ini. Ada satu hal yang tidak disukai oleh pria itu, yaitu dia tidak memperbolehkan perempuan yang dia cintai pergi bersama teman-temannya.
Kalaupun pergi, hanya untuk mengerjakan tugas kuliah saja. Ketika pria itu sedang tidak bersama pacarnya, dia akan menelepon, menanyakan dengan menyelidik detail, tentang apa yang dilakukan, dengan siapa saja pergi dan seterusnya.
Si perempuan merasa tidak nyaman, karena si pria terlalu ingin memiliki. Dia merasa tidak bahagia, karena tidak punya kebebasan. Dia ingin diberi keleluasaan dalam pengembangan diri (dalam kuliah, bersosialisasi, dan kehidupan lain di luar hubungan pacaran). Meski sang pria sudah memberikan kesempurnaan, tetapi bagi si perempuan, dia merasa tidak selaras.
Dalam kondisi seperti itu, si perempuan ingin memutuskan hubungan mereka. Dalam ilustrasi tersebut, terlihat bahwa hubungan pacaran tidak sekadar berbicara soal hal yang enak-enak saja.
Pergi bersama, bersenang-senang, menonton dan kencan bersama , sampai makan malam bersama adalah hal-hal romantis, karena suasana menguatkan perasaan yang muncul.
Ketidakpuasan dalam hu¬bungan pacaran dirasakan sa- lah satu pasangan, ketika kebutuhan yang dirasakan tidak mendapatkan pemenuhan atas kebutuhan.
Lebih dalam lagi, si perempuan merasa tidak dipercaya dan tidak di- hargai. Padahal. secara material dan fasilitas, dia telah mendapatkan semuanya.

Jujur pada Diri Sendiri
Kembali pada permasalahan Lidya, apakah selama ini sudah diperlakukan dengan hormat (dihargai) oleh pasangan? Justru sebaliknya, Lidya sering mendapat perlakuan kasar dan kata-kata menyakitkan.
Betul bahwa dia mencintai Lidya, ka¬rena pada saat sedang baik, dia menjadi pria idaman setiap perempuan. Saya per¬caya Lidya pun merasa bahagia, ketika kondisi pasangan sedang stabil.
Pertanyaan saya, seberapa banyak dia dapat mengendalikan emosi? Seberapa se¬ring dia belajar dari hal buruk untuk men¬jadi pribadi yang baik? Adakah bukti ada- nya perubahan perilaku dari kasar seka¬rang menjadi pribadi yang lebih sabar dan mau menyesuaikan diri dengan pribadi.
Bisa jadi, Lidya enggan move on, kare¬na masih ada sisi mencintai pada kekasih dan pasti ada kenanqan atas penqalaman-
pengalaman
yang menyenangkan. Hanya, Lidya perlu jujur pada diri sendiri. Kalau sudah lelah, apa rencana Lidya untuk masa sekarang dan masa depan. Fokus pada kehidupan yang Lidya inginkan, termasuk kondisi ke- sehatan psikis yang sehat.
Silakan Lidya renungkan dan bicarakan.  Kemudian, keraguan untuk memutuskan atau meneruskan hubungan dikembalikan pada tujuan hidup Lidya. Apakah Lidya memang pribadi yang layak diperlakukan secara kasar oleh pasanganmu?
Apakah Lidya cukup layak untuk men-dapatkan tendangan dari pacar? Apakah Lidya hidup untuk dikasari, dicaci, dipukul oleh pacar? Apakah hal-hal itu memang hal yang menjadi tujuan hidup Lidya.
Setiap manusia ingin diperlakukan baik, dihargai, dan diberikan kepercayaan, dan mendapatkan perlakuan yang manusiawi. Saya percaya Lidya ingin menjadi pribadi yang berharga, menghargai diri sendiri, dan dihargai pula oleh orang lain.
Jadi, Lidya hargai diri sendiri dengan memberikan kesempatan yang terbaik buat diri Lidya. Saya yakin Lidya bisa men¬dapat pasangan hidup yang memiliki visi sama, serta saling mendukung untuk pe-ngembangan diri masing-masing.
Pacaran itu untuk saling berkembang ke arah kebaikan. Kalau malah menyiksa, perpisahan adalah hal yang terbaik.


Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments:

Post a Comment