Terlanjur pacaran dan berbuat zina. Cara bertaubat bagaimana?

Sebelumnya saya minta maaf, akan perbuatan saya yang tidak terpuji ini, saya wanita 18 tahun, saya masih mau masuk perguruan tinggi, jujur saya sangat menyesal akan perbuatanku sendiri, saya ingin minta solusi dari kalian karena aku ingin sekali bertaubat, mohon dibaca!. saya dan pacar saya sudah pacaran sejak kelas 1 SMK hubungan kami sangat romantis, kami menjalaninya dipondok, bahkan kata teman-teman kamilah yg paling romantis di sekolah kami, tapi kami mempunyai dosa yang sangat besar, kami pernah berzinah dipondok, yaitu ciuman dan pelukan dan lain-lain (tidak sampai masukin) lalu sampai ditahun kita lulus sekarang, tiap dirumah kami jalan-jalan malam tanpa sengaja dan mungkin karena suasa dan waktu yang menggoda kami melakukan hubungan itu di sawah, kami lakukan sudah dua kali, bahkan kalau hubungan tanpa dimasukan sudah berkali-kali, keluarga dan lingkunganku menganggap aku ini orang yang baik padahal aku ini orang yang sangat buruk aku sangat menyesali perbuatanku tapi setiap kali aku bertaubat selalu terulang lagi, padahal niat dihati sudah kuat, mungkin ini karena keadaan dimalam hari yang penuh dengan nafsu dan aku juga sangat mencintai pacarku, dia juga sangat mencintaiku. Saat aku pernah mutusin dia karena aku ingin sekali berhenti dari perzinahan ini, berkali-kali dia tidak mau dengan alasan dia ingin bertanggung jawab atas perbuatannya, dia tidak mau saya dihina dan terluka oleh laki-laki lain nantinya, tapi kami juga tidak ingin sampai hamil saya bingung, saya bimbang, padahal saya ini seorang santri tapi bejat maafin saya bagi yang membaca juga karena saya juga sedang berusaha untuk berhenti. Saya mondok sejak SMP, SMK, habis ini kuliah juga mau mondok lagi, saya ingin taubat dengan sunggu-sungguh, kadang saya berfikir untuk mutusin pacar saya, biar saya bisa binar-benar bertaubat, saya setiap hari berdoa agar dijauhkan dr zinah, tapi tiap deket pacar saya , kami selalu berbuat dosa, sedangkan aku juga sangat mencintainya. aku kadang berfikir aku tidak ingin menikah dengan laki" lain atau dijodohkan karena aku tidak tega dengan suamiku nanti kalau dia punya istri yg sudah cacat lahir batin, tapi saya juga berjanji jika memang pacar saya bukan jodoh saya, sbelum malam pertama saya ingin jujur dan mengakui segala perbuatan saya ke suami saya, saya juga akan bersujud di haadaannya karena saya sudah menodai hatinya, dan akan berusaha untuk jdi istri yg baik, yg nurut apapun saya lakukan demi suami saya mau memaafkan dosa dimasa lalu saya, tapi pasti sang suami akan terus sakit hati saat berhubungan denganku, dan mungkin juga akan ada KDRT buat saya, tapi saya harus ikhlas karena itu buah dosa dimasa laluku, mungkin memang bukan ini yg harus saya pikirkan sekarang, tapi saya selalu memikirkan masa depan, kenapa saya berbuat dosa sebesar itu, saya masih sangat mencintai pacar saya, tapi masih pngen lanjut ke perguruan tinggi dan mencari jalan Allah, dengan dosa sebesar ini bagaimana saya bisa menjadi pribadi yg baik? saya benar-benar ingin bertaubat, bagaimana caranya? pacar saya selalu berjanji akan menikahi dan menafkahi saya dengan baik memimpin saya dengan baik, karena dia juga termasuk laki-laki yang sangat setia dan bertanggungjawab, kadang aku berfikir, aku pengen punya suami yang baik dijalan Allah agar bisa menuntun dan melengkapi saya, dg syarat seperti tadi yang saya bilang diatas tapi aku bingung aku harus bagaimana, aku dalam masa bertaubat, tolong bantu saya , tolong beri solusi saya apa yg harus saya lakukan, saya tidak kuat menanggung beban ini, sebelum yang saya takutkan terjadi, saya yakin Allah bisa menerima taubat saya kalau saya bertaubat dengan sungguh-sungguh.
Regards, ZAF***

Waalaikumussalam warahmatullah wabarakatuh.
Saudaraku …, dosa, kesalahan, dan pelanggaran acap kali menimpa seseorang. Tidak membedakan antara laki maupun wanita. Tidak pula melihat apakah ia masih remaja, dewasa, atau bahkan telah lansia. Hal ini dikarenakan karakter utama manusia adalah lalai, lupa, dan cenderung berbuat dosa dan melampaui batas. Dan sikap terbaik baik seorang muslim adalah bersyukur ketika bergelimang dalam kenikmatan, bersabar ketika musibah menghadang, dan segera bertaubat dan memohon ampun kepada Allah ketika terpeleset dan terjerumus dalam kubangan kemaksiatan dan dosa.

Dosa dan kemaksiatan terus dijalankan hanya akan menambah kegelisahan seseorang, dicabutkanya kenikmatan yang Allah berikan padanya, dan tidak ada tempat yang pantas baginya melainkan neraka yang maha pedih siksaannya. Agar terbebas dari himpitan dosa dan pedihnya siksaan, dosa harus diiringi dengan taubat nasuha.

Taubat adalah kembali kepada Allah, yaitu kembali mendekatkan diri kepada Allah dengan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan. Karena ketika ia bergumul dengan dosa berarti ia sedang jauh dari Allah, dengan taubat ia kembali mendekatkan diri kepada Allah yaitu dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Demikian halnya bagi seseorang yang terjerumus dalam perzinaan, untuk bisa diampuni dosanya oleh Allah maka ia harus betul-betul bertaubat kepada Allah dengan taubat nasuha.

Allah berfirman, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا “Wahai orang-orang yang beriman bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sungguh-sungguh (taubat nasuha).” (at-Tahrim : 8)
Syekh Abdurrahman Assi’di berkata, “Dalam ayat ini Allah telah memerintahkan kaum mukminin untuk bertaubat dengan taubat nasuha” (Taisir Karimirrahman, 874) Kemudian, perlu diketahui, bahwa taubat nasuha tidak akan terwujud kecuali dengan syarat sebagai berikut:

a. Taubat dibangun di atas keikhlasan, bukan karena tujuan duniawi. Ini adalah syarat utama, karena taubat yang hanya karena malu, dipaksa, atau sebab-sebab duniawi lainnya, maka tidaklah bermanfaat dan tidak diterima oleh Allah. Karena taubat adalah ibadah, dan ibadah tidak akan diterima kecuali didasari oleh keikhlasan, yaitu betul-betul karena Allah karena mengharap rahmat-Nya dan takut akan siksaan-Nya. Ibnu Qayyim – rahimahullah – berkata, “Hendaknya maksud taubat adalah bertakwa kepada Allah – subhanahu wa ta’ala -, yaitu merasa takut dan khusyuk kepada-Nya, menunaikan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan menjalankan ketaatan kepada Allah di atas cahaya dari Allah dengan berharap pahala-Nya, dan meninggalkan maksiat di atas cahaya-Nya karena merasa takut terhadap siksaan-Nya (Tahdzib Madarijus Salikin, Ibnu Qayyim, 1/202) Syekh Abdurrahman Assi’di berkata, “Taubat nasuha adalah taubat dari seluruh dosa, dilakukan oleh seseorang karena Allah, ia tidak mengharapkan melainkan wajah Allah dan kedekatan dengan-Nya.” (Taisir Karimirrahman, 874)

b. Menyesali dosa yang ia lakukan dan tidak ingin mengulanginya kembali. Penyesalan atas dosa yang dilakukan merupakan langkah awal menuju taubat nasuha. Dengan penyesalan, maka akan mendorong ia untuk berhenti dari dosa tersebut. Namun, ketika seseorang berhenti dari sebuah dosa, bukan karena penyesalan, ia tidak merasa bersalah, ia tidak menyadari akan dampak dari dosa yang ia lakukan, maka besar kemungkinan suatu saat nanti ia akan kembali kepada dosa tersebut.

c. Meninggalkan dosa dan tidak terus menerus berbuat dosa. Taubat yang hanya diucapkan oleh lisan, dan tidak dibarengi oleh perbuatan dia dalam meninggalkan dosa, maka bak kotoran yang dibungkus oleh kain sutera. Indah di pandangan orang, namun sungguh buruk di hadapan Allah

d. Memiliki tekad kuat untuk tidak mengulangi perbuatan dosanya. Setelah ia menyesali atas perbuatannya, kemudian ia buktikan dengan berhenti dari dosa tersebut, maka ia pun harus memiliki tekad kuat untuk tidak mengulangi perbuatan dosanya.
Ketiga syarat terakhir ini telah dijelaskan dengan gamblang oleh Imam Ibnul Qayyim, beliau berkata, “Taubat adalah menyesali perbuatannya, meninggalkan perbuatan dosa tersebut, dan bertekad untuk tidak mengulanginya.” (Madarijus Salikin, I/182)

e. Taubat dilakukan sebelum ajal menjemput dan sebelum matahari terbit dari barat .
Keempat syarat sebelumnya tidak akan bermanfaat jika ajal seseorang telah dijemput dan matahari telah terbit dari barat. Allah berfirman, وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ “Dan Taubat itu tidaklah (diterima Allah) dari mereka yang berbuat kejahatan hingga apabila datang ajal kepada seorang diantara mereka barulah dia mengatakan, ‘Saya benar-benar taubat sekarang.’” (an-Nisa : 18) مَنْ تَابَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا، تاَبَ اللهُ عَلَيْهِ “Barangsiapa yang taubat sebelum terbitnya matahari dari arah barat maka Allah terima taubatnya.” (Diriwayatkan oleh Muslim no 7036)

Pertimbangkanlah murka Allah, bukan atas pertimbangan perasaan. Jauhi berkhalwat dan terus perbaiki diri. Jangan risaukan hari esok karena itu diluar kuasa kita sebagai manusia. Insya Allah hamba yang baik akan dapat jodoh yang baik.